Pagi ini Koran Tempo menurunkan berita utama dng judul 'Setya dan Fahri dituding bakal lemahkan KPK'.
Ada yang nanya, 'Sehebat itukah orang dua itu sehingga bisa melemahkan KPK?'
Ya tidaklah, jawabnya.
Separah itukah KPK dimata Koran Tempo, sehingga bisa dilemahkan oleh orang dua itu'?
Ya gak juga, jawabnya.
Berat kemana bobot pemberitaan kayak beginian sebetulnya?
Ya gak berat kemana-mana. Tempo cuma berselancar diantara dua obyek berita yang sama-sama punya nilai jual tinggi.
Terhadap orang dua itu, Tempo punya rasa kagum yang tersembunyi, krn dianggapnya punya nyali utk melemahkan KPK.
Terhadap KPK, Tempo punya rasa kagum yang terbuka, tapi dinyatakan dalam bahasa yang terbalik, jawabnya.
Maksudnya ???, tanyanya lagi.
Sebetulnya, Koran Tempo ingin agar KPK segera bersikap terhadap orang
dua itu, cuma tak dinyatakan secara tegas. Tempo seolah sedang main
bilyard. Tembak bola putih utk menjatuhkan bola kuning dan bola hitam
putih.
Ooohhhh, katanya. Lalu apa gunanya berita kek gituan utk aku?, tanyanya lagi.
Ya gak adalah. Ini kan negara demokrasi. Koran boleh nulis apa saja,
dng gaya bahasa apa saja. Kamu punya hak utk percaya atau tdk.
Tapi satu hal yang wajib kamu percayai adalah bahwa 'Gajimu bulan ini
bisa kepotong sebanyak jumlah keterlambatanmu sampai di tempat kerja.
Buruan sana gih, katanya.
ada muatan lain yg tak diungkap secara eksplisit dalam berita itu, seperti misalnya:
(1) Tempo yakin dan punya bukti awal ttg kesalahan Setya pada berbagai titik, seperti KTP-Elektronik, misalnya;
(2) Tempo yakin kalau KPK juga punya bukti awal yg memadai;
(3) Tempo kesel kenapa KPK blm tangani Setya. Gitu toh?
Saking
keselnya, Tempo membuat judul berita kalau KPK tdk bertindak segera,
Setya yang akan menggunakan energinya utk melemahkan KPK. Dalam judul
itu, Setya dan Fahri dilukiskan seolah perkasa banget sedangkan KPK
diposisikan seolah lemah banget. Itu makna terselubungnya, menurut
saya.
Kalau
soal Setya diangkat jadi Ketua DPR, itu bukan obyek status ini. Tapi
sayapun sepakat dng bapak kek gak ada orang lain aja ya?
Tapi
bapak pernah menduga gak siapa gerangan yang pasang dia utk duduk di
kursi itu? Saya agak yakin kalau yg pasang dia bukan ARB. Hrs ada orang
lain yang lebih kekar dari ARB. Hi hi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar