Jumat, 14 November 2014

sejengkal cahaya bulan

di sejengkal cahaya bulan aku
memandang bayangmu bayangku
melayari danau kenangan
angsa sepasang
bunga-bunga melabuhkan tawa kita
hujan mericik-ricikkan surga
sebelum malang mengabarkan
perpisahan






sepanjang badai datang
kita erat bergenggeman
sepanjang halilintar menyambar
kita telak jadi arang
lalu nadi pun tak luput bertemperasan
menjelma irisan luka terbalut cuka
sungguh tak pernah ada airmata
hanya genangan darah
menetes-neteskan nestapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar