Senin, 08 Desember 2014

bahasa daerah




Di kampungku percakapan sehari2 menggunakan bahasa daerah (Bali). Bahasa Indonesia sangat langka. Kalo bisa bicara dengan bahasa Indonesia, bukan main gagahnya. Ayahku sendiri baru fasih bahasa Indonesia setelah bergaul dengan sesama tahanan saat ditawan Belanda
.
Waktu aku di Sekolah Rakyat (sekarang SD), sekitar 60 tahun lalu, pelajaran bahasa Indonesia jadi sesuatu yang mewah. Kami semua senang. Tapi kadang ibu guru sering mengajarkannya campur2 dengan bahasa Bali.
Ketika kami ribut di kelas, ibu guru menenangkan dengan besuara lantang:
“Aruuuuuh anak-anaaaak. Diem nak-e. Jangan nak-e mekaluk-an…….”
Pelajaran yang menarik adalah melengkapi kalimat.
“pencuri itu lari dikejar polisi lari tunggang………..?”
Kami serentak menjawab….”tunggiiiing………”
Pelajaran mengenal sayur dan huah
Dari dalam tas ibu mengambil mentimun
+Apa ini anak2?
-timuuuunn……
+kalo timun, bahasa Indonesianya men…ti….mun…. Apa anak2….?
-(serempak) men…ti….mun….. (wah kami senang sekali)
Lalu ibu guru mengambil terung
+apa ini anak2…?
-(serempak dalam bahasa Bali)….) tuwuuuung……
+kalo timun…..mentimun…., Kalo tuwung apa anak2?
-(serempak)…..men…tu…wuuung……















Tidak ada komentar:

Posting Komentar