Doa adalah suatu hal yang sangat indah. Sayang sekali mereka yang
berdoa tetapi tidak memahami cara berdoa yang benar, apalagi mengetahui
cara-cara pengabulan doa. Bagi mereka ini, realitas doa merupakan suatu
hal yang asing. Bahkan ada dari antara mereka yang sama sekali
menyangkal efektivitas doa. Ada pula mereka yang tidak menyangkal, namun
karena doa mereka tidak dikabulkan akibat dari kurangnya pemahaman cara
berdoa dan bahkan bukan seorang pendoa yang benar maka sebenarnya
keadaan mereka lebih buruk lagi dari mereka yang menyangkal efektivitas
doa.
Persyaratan pertama untuk berdoa adalah si pemohon
jangan sampai jemu dan putus asa karena tidak ada suatu apa pun yang
terjadi. Terkadang ada yang mendoa terus sampai sudah akan dikabulkan,
tetapi si pemohon kemudian menjadi jemu dan hasilnya mengecewakan serta
menimbulkan frustrasi. Frustrasi muncul sebagai akibat dari keraguan
atas efektivitas suatu doa dan berakhir menjadi penyangkalan terhadap
Tuhan. Mereka menyatakan, jika memang ada Tuhan yang menerima doa-doa
manusia, kenapa doa mereka tidak dikabulkan padahal mereka sudah lama
memohonkannya? Kalau saja mereka yang berfikir demikian itu mau
merenungi kurangnya keteguhan hati mereka, mereka akan menyadari bahwa
frustrasi mereka itu adalah hasil dari ketergesaan dan ketidak-sabaran
mereka sendiri, yang pada akhirnya menimbulkan pandangan salah terhadap
kekuatan DOA dan berakhir dengan keputus-asaan. Karena itu
janganlah pernah jemu.
Tekun dan Berteguh Hati
Berdoa itu
sama seperti petani yang menebar benih. Ia menyesapkan benih yang bagus
ke dalam tanah dan pada saat itu siapa yang bisa memperkirakan apakah
benih itu akan tumbuh baik dan memberikan hasil? Orang luar dan si
penanam itu sendiri tidak bisa melihat bagaimana benih itu di dalam
tanah mengambil bentuk sebagai tanaman. Realitasnya dalam waktu beberapa
hari, benih itu berubah dan mengambil bentuk sebagai tanaman yang
tunasnya menyembul ke permukaan tanah dan terlihat oleh siapa pun. Sejak
saat ditanam sebenarnya benih itu telah mengadakan persiapan untuk
menjadi tanaman, namun mata kita yang hanya bisa melihat suatu yang
kasat mata tidak menyadarinya sampai kecambah benih muncul di atas
permukaan tanah.
Seorang anak yang awam pada tahapan demikian
tidak bisa memahami bahwa tanaman tersebut akan memberikan hasil hanya
pada saatnya berbuah, ia menginginkan tanaman tersebut langsung
menghasilkan buah. Seorang penanam yang cerdas lebih mengetahui bila
saatnya tanaman itu akan memberikan hasil. Ia akan menjaganya secara
tekun dan merawatnya hingga waktunya tanaman itu menghasilkan buah
sampai saat masaknya.
Begitu juga halnya dengan berdoa yang harus
dirawat dengan cara sama sampai membuahkan hasil. Mereka yang selalu
tergesa-gesa akan cepat jemu dan menyerah, sedangkan mereka yang tekun
akan berteguh hati sampai mencapai sasaran.
Sesungguhnya ada
beberapa tahapan dalam cara berdoa, yang jika tidak diketahui akan
mengkaliskan si pemohon dari buah hasil doanya. Mereka selalu merasa
tergesa dan tidak sabar menunggu, padahal kinerja selalu
mengikuti proses tertentu. Tidak pernah terjadi ada manusia yang menikah
hari ini lalu keesokan harinya sudah mendapat seorang anak. Meski pun
Tuhan itu Maha Kuasa dan bisa melakukan apa pun yang diinginkan-Nya,
namun tetap saja Dia akan mengikuti lila dan sistem yang telah
diterapkan-Nya sendiri. Pada tahapan awal dari proses kandungan seorang
anak, tidak ada suatu apa pun yang terlihat seperti halnya perawatan
tanaman. Selama empat bulan pertama belum ada kepastian. Baru kemudian
terasa ada gerakan dan setelah waktunya yang penuh barulah anak itu
lahir dengan cara yang sulit. Kelahiran anak itu sepertinya memberikan
kehidupan baru kepada ibunya. Susah bagi seorang laki-laki membayangkan
kesulitan yang harus dialami seorang wanita selama masa mengandung,
tetapi nyatanya kelahiran anak tersebut seolah memberi kehidupan baru
bagi sang ibu. Ia bersedia mati guna kegembiraan telah melahirkan
anaknya. Begitu juga halnya dengan seorang pendoa dimana ia harus
meninggalkan ketergesaan dan bersedia menanggung semua kesulitan dan
jangan pernah membayangkan bahwa doanya tidak diterima. Pada saatnya
yang tepat nanti hasil doa akan mewujud sebagaimana seorang anak yang
menjadi dambaan telah lahir.
Suatu doa harus terus ditekuni
sampai memberikan hasil yang diharapkan. Kalian tentunya tahu jika
sepotong perca kain ditaruh di bawah suryakanta di bawah sinar matahari,
sinar yang terkonsentrasi akan menaikkan suhu sampai suatu titik yang
membakar perca tersebut. Begitu juga caranya dalam membawa doa sampai
kepada titik yang memberikan kekuatan yang membakat segala kegagalan dan
frustrasi serta mencapai hasil yang diharapkan.
Kalian harus
berdoa dalam waktu yang panjang, barulah Tuhan akan memanifestasikan
hasilnya. Adalah pengalamanku sendiri yang juga sama dengan pengalaman
para muttaqi di masa lalu bahwa biasanya jika diawali dengan kesunyian
untuk jangka waktu lama maka ada harapan permohonan doa itu dikabulkan,
tetapi jika ada responsi segera maka hasilnya tidak pasti menguntungkan
si pemohon.
Manakala seorang pengemis mendatangi seseorang dan
memohon dengan rendah hati dan tekun serta tidak pindah dari tempatnya
duduk meski telah diusir untuk terus saja memohon maka yang dimintai
walaupun ia bersifat kikir pada akhirnya akan tergugah untuk memberikan
sesuatu. Tidakkah sepatutnya seorang pemohon doa juga memiliki ketekunan
sebagai seorang pengemis? Ketika Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha
Pengasih melihat hamba-Nya yang lemah bersujud demikian lama di
hadirat-Nya, Dia pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya itu merugi. Bila
seorang wanita hamil setelah empat atau lima bulan menjadi tidak sabaran
untuk melihat anaknya dan mengupayakan melahirkan cepat dengan bantuan
obat-obatan, tidak saja anaknya tidak akan lahir hidup tetapi ia sendiri
juga akan mengalami kekecewaan berat. Begitu pula dengan orang-orang
yang tidak sabar melihat hasil sebelum waktunya, bukan saja ia akan
merugi tetapi juga membahayakan keimanannya sendiri. Dalam keadaan
demikian itu orang lalu menjadi atheis. Dulu ada seorang tukang kayu di
desa kami yang isterinya sakit dan kemudian meninggal dunia. Ia
mengatakan bahwa jika ada Tuhan, tentunya semua doanya akan dikabulkan
dan isterinya tidak harus mati. Karena itulah ia kemudian menjadi
atheis.
Seorang berbudi yang melaksanakan kesetiaan dan ketulusan,
maka keimanannya menjadi bertambah baik dan ia akan mencapai hasil yang
diharapkan. Kekayaan duniawi ini tidak ada artinya dalam pandangan Tuhan
yang Maha Perkasa. Dia bisa melakukan apa pun setiap saat. Tidakkah
kalian melihat bagaimana Dia menganugrahkan kerajaan kepada umat yang
tadinya sama sekali tidak dikenal dan menjadikan kerajaan-kerajaan besar
tunduk kepada mereka serta telah menjadikan hamba sahaya menjadi
raja-raja?
Seorang pertapa yang menjadikan dirinya milik Tuhan
semata, akan memperoleh kehidupan luhur sepanjang ia tulus dan
bersiteguh hati. Hatinya tidak boleh guncan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar