Label
- Bahasa Bali
- Belajar
- berjapa
- bisnis online
- cinta
- English course
- fashion
- Fun Math
- Hindu Universal
- Jalan-jalan ke Bali murah meriah
- kecantikan wanita
- Kedai O'onk
- Kedai O'onk news
- Kesehatan Alami
- Mahabharata
- Masakan Arab
- Masakan Indonesia
- masakan vegetarian
- Motivasi
- oleh-oleh khas Bali
- Pesta
- Pesta Pernikahan
- puisi
- resep masakan jepang
- sastra
- Scient
- suka - suka
- toko kue cs
- tradisi
- tradisi Bali
- Yoga
Selasa, 29 Juli 2014
Pencuri Tuhan
Sepasang suami-istri mempunyai dua anak laki-laki masih kecil-kecil, masing-masing usia 8 dan 10 tahun, dan nakalnya sangat berlebihan. Kedua bersaudara itu selalu saja ribut dan bikin onar. Orang tua mereka juga tau bahwa kalau ada anak-anak ribut di kampungnya, anaknya telah sering terlibat.
Si ibu mendengar bahwa di kampung tetangga ada seorang ustadz yang selalu sukses mendisiplinkan anak-anak. Maka ia mengundangnya.
Pak ustadz setuju, tapi meminta untuk bicara bergiliran. Maka si ibu mendahulukan anak yg 8 tahun untuk bicara di pagi hari, sementara anak yg usia 10 tahun mendapat giliran bicara dengan pak ustadz di siang hari.
Pak ustadz yg bertubuh tinggi-besar bersuara keras itu memanggil anak usia 8 tahun dan menanyainya dengan suara keras seperti membentak, “Mana Tuhan?”
Si anak tertunduk dengan bibir melompong tanpa merespon, duduk dengan mata terbelalak. Karena tak dijawab, pak ustadz mengulangi lagi dengan bentakan lebih keras, “Dimanakah Tuhan!!? Kamu tau??”
Lagi-lagi si anak tak menjawab. Berusaha menjawab-pun tidak. Maka pak ustadz bersuara lebih keras lagi sambil mengusapkan jemari tangannya ke wajah anak itu,
“TUHAN MANA!? TUHAN DIMANA??!”
Anak itu lalu menjerit dan lari keluar dari ruang itu, berlari langsung menuju rumahnya dan bersembunyi di kamar kecil sambil membanting pintu.
Ketika kakaknya menemukan adiknya di kamar kecil, dia bertanya, “ADA APA?”
Sambil masih bernafas terburu-buru dan suara terputus-putus adiknya menjawab, “Celaka! Kita celaka! Tuhan telah hilang — dan pak ustadz mengira kita pencurinya!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar