Selasa, 29 Juli 2014

Dr. I Gede Wenten






TEMPO.CO , Jakarta - I Gede Wenten tak menyangka namanya bakal dikenal hingga belahan benua Eropa. Anak nelayan dari Desa Pengastulan, Kabupaten Bali ini berhasil menemukan cara baru filtrasi bir dengan memakai selaput membran.

Wenten awalnya tidak berniat kuliah. "Saya cuma menemani seorang teman mendaftar ujian saringan masuk perguruan tinggi di Malang," katanya seperti dikutip dalam Majalah Tempo edisi 13 Agustus 2012.

Berbekal formulir pendaftaran yang dibelikan orang tua temannya, Wenten diterima di Jurusan Kimia Instistut Teknologi Bandung pada 1982. Itulah titik tolak yang mengantarkan Wenten dari kehidupan desa ke perguruan tinggi dan dunia penelitian.







Lulus ITB, Wenten kemudian melanjutkan studinya di Denmark Tecnology University, Kopenhagen. Setelah meraih gelar master bioteknologi pada 1990 sekaligus program doktor teknik kimia pada 1995 di sana, dia berhasil menemukan cara baru filtrasi bir memakai selaput membran.

Dengan membran ciptaannya, mutu protein bir terjaga dan limbah produksi pabrik bir tak lagi mencemari lingkungan. Media Eropa menyebut penemuan itu sebagai revolusi terbesar bagi industri bir dalam 50 tahun terakhir. Dia pun dianugrahi Suttle Award dari Fitraion Society, Inggris, karena temuannya ini.

Teknologi membran yang dikembangkan Wenten banyak diaplikasi di kehidupan sehari-hari. Ia menciptakan pompa kompak yang bisa menyaring air kotor menjadi bersih. Pompa ini pernah dipakai saat bencana tsunami melanda Aceh pada 2004. "Sekotor apapun airnya, dengan memakai pompa membran, airnya dapat diminum," kata Wenten.

Membran ciptaan Wenten juga bisa dipakai untuk memproduksi air di industri minyak dan gas, cuci darah di dunia kedokteran, menyaring kelapa sawit atau minyak goreng, mengekstrasi temu lawak, memisahkan kondesat dari gas, menyaring oli bekas agar bisa dipakai kembali, serta bisa digunakan untuk menyaring air laut dalam sehingga menghasilkan produk sampingan berupa garam.

Ketekunan dan kerja keras Wenten tak lepas dari tempaan masa kecil di Pengastulan. Ayahnya, Made Sarta (almarhum), seorang nelayan. Ibunya, Ni Ketut Telaga, sewaktu masih hidup bekerja sebagai pedagang kaki lima. Dia bungsu dari sebelas bersaudara.



 http://www.tempo.co/read/news/2012/08/15/061423645/Wenten-Si-Penemu-Membran-Filtrasi-Bir





Dr. I Gede Wenten is a well-known figure in membrane society especially in South East Asia. He earned his bachelor degree of engineering in ITB Bandung and finished his PhD in DTU Denmark. 


A dedicated and innovative researcher, he often made breakthrough in membrane science and technology. 


The Back-shock Process, Clean Production in Cassava Starch Industry, Zero Waste Effluent in CPO Industry are several of his innovations. He is currently acting as the head of Downstream Processing Laboratory ITB Bandung.


Acknowledgements for Dr. I Gede Wenten came as awards, such as Suttle Award, Science and Technology Award , and recently Asean Outstanding Engineering Achievement Award. 


The latter one implies the significance of his applicative innovations in industrial world. 


Among his latest works are novel evaporation technique using integrated membrane cyclone, integrated membrane system for simultaneous production of drinking water and salt, and the revolutionary design of non-modularity in ultrafiltration membrane.







 http://gdpfilter.co.id/our_expert.html



 Espilen Blog – I Gede Wenten, salah seorang lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan sebuah alat penjernih air pertama di dunia. Alat ini dapat berfungsi untuk menjernihkan air-air yang kotor seperti air cucian, air mandi, bahkan hingga air banjir. Hebatnya, alat ini tidak membutuhkan listrik dan kimia, hanya diputar alat ini langsung bekerja dan air yang dihasilkan pun langsung jernih dan bersih, layak untuk diminum.

Alat ini sendiri terbuat dari Membran Hollow Fiber Ultrafiltrasi. Menurut I Gede Wenten, air yang dihasilkan dari sterilisasi alat ini aman, karena sudah teruji secara laboratorium. Alat ini juga mampu menghilangkan bakteri yang terdapat pada air.

Dulu, I Gede Wenten pernah mengirimkan alat ini ke Aceh sewaktu terjadinya bencana Tsunami pada tahun 2004. Alat ini juga sudah dipakai di pabrik-pabrik. Bahkan, alat ini sudah diakui oleh dunia.

Semoga karya anak bangsa ini dapat bermanfaat, tidak tersia-siakan, dan bisa mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.svaha



Tidak ada komentar:

Posting Komentar