Rabu, 13 Agustus 2014

Bisma

Prabu Sentanu larut dalam kesedihan yang dalam. Dengan wajah murung, tubuhnya yang gagah kelihatan jadi keropos. Sinar wajahnya telah padam. Dia lebih menyerupai pasien yang sedang menunggu ajal, daripada seorang Raja Hastinapura. Keberadaan Satyawati telah jadi bencana bagi hatinya. Sentanu dilukai api cinta. Dia tak mungkin memenuhi hasrat Satyawati. Kalau Sang Raja berniat meminang Satyawati, syaratnya anak-anak Satyawati harus jadi raja. Itu tidak mungkin, karena Sang Prabu telah memiliki Dewabrata sebagai putra mahkota, anak dari pernikahannya dengan Dewi Gangga. Tidak mungkin dia merenggut hak Dewabrata, demi nafsu pribadinya. Tapi Satyawati sungguh mempesona. Setelah lama ditinggal Dewi Gangga, Sentanu jatuh cinta pada wanita dari keluarga nelayan itu. Dan sekarang wanita itu menuntut, dia tidak puas hanya sebagai ratu, melainkan ingin agar anak kandungnya yang jadi Raja Hastina. Di balik kecantikan Satyawati, tersimpan keserakahan.
Dewabrata tidak tahan terhadap kesedihan ayahnya. Dia mendatangi Satyawati, menanyakan kesanggupannya sebagai ratu. Satyawati tanpa malu, mengajukan syarat-syarat itu lagi. Dewabrata adalah seorang ksatria. Dia bergegas ke pinggir sungai Gangga, mengambil pisau dan menumpahkan darah dari tangannya ke sungai itu. Disaksikan Dewi Gangga, ibunya sendiri, Dewabrata bersumpah tidak akan menikah seumur hidup, demi memberi kesempatan kepada keturunan Satyawati jadi penguasa Hastinapura. Alam semesta memberi tanda. Petir bergemuruh. Kilatan-kilatan sinar di langit. Air sungai Gangga muncrat. Seorang anak, demi kebahagiaan ayahnya, rela melepas haknya dan melakukan Sukla Brahmacari seumur hidup. Prabu Sentanu datang terlambat. Sia-sia mencegah Dewabrata yang nekat. Sumpah telah diucapkan. Dan itu tak mungkin ditarik kembali. Prabu Sentanu merasa terpukul bercampur malu. Secara tak langsung dia telah mengorbankan masa depan anaknya. Ini akan menjadi kesedihan di sisa hidupnya. Sejak saat itulah Dewabrata dikenal dengan nama besar Bisma. Bhisma yang dalam bahasa Sanskerta berarti: "Dia yang sumpahnya dahsyat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar