Jumat, 15 Agustus 2014

Tuhan Maha Ada

Generasi Muda Sanathana Dharma Menjawab...
Tulisan ini saya diperuntukkan bagi generasi muda Hindu yang ingin mengetahui Hindu secara garis besar secara benar. Tulisan ini saya sadur dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Media Hindu yang berjudul HINDU MENJAWAB yang disusun oleh Ngakan Made Putra.
Isi dari buku tersebut dihimpun dari berbagai percakapan anak muda Hindu yang bercakap cakap dengan temannya yang non-Hindu.
Tanya adalah Non Hindu, Jawab adalah Anak Hindu
Berikut percakapannya :
Tanya : Orang Hindu mnyembah banyak Dewa ya? Hindu politeis
Jawab : Di dalam Weda ada kalimat terkenal yang menyatakan sbb : “Ekam Sat Vipra Bahuda Vadanti”, artinya Tuhan itu satu,tetapi orang bijaksana (para maharsi) menyebutnya dengan berbagai nama.
Pernyataan di dalam Weda ini sudah ada jauh sebelum lahirnya agama Kristen dan Islam
Tanya : Jadi Hindu juga menganut monoteisme ?
Jawab : Tidak... Monoteisme adalah paham tentang satu Tuhan yang memiliki bentuk dan sifat seperti manusia, antara lain cemburu, benci, marah, dan dendam dan bermukim jauh di sorga atau langit ke tujuh. Sedangkan Tuhan didalam pengertian Hindu, ada dimana mana, di dalam dan di luar ciptaannya. Wyapi wyapaka.
Tanya : Jadi Tuhan ada di dalam bumi, di dalam pohon-pohon dan manusia? Bagaimana bisa? Bukankah itu menyektutkan Tuhan?
Jawab: Tuhan di dalam paham Hindu adalah Maha ada, Maha tak terbatas. Artinya Dia ada dimana-mana, keberadaan manusia, pohon-pohon, batu-batuan dan lain-lain, tidak dapat membatasi atau menghalangi keberadaan Tuhan.
Tanya : Kok bisa?
Jawab : Tuhan itu bersifat rohani, bukan jasmani atau materi seperti manusia atau alam.
Di dalam kitab suci Hindu diandaikan Tuhan itu seperti api yang ada di dalam setiap kayu yang terbakar. Atau seperti listrik yang menghidupkan dan menggerakkan semua alat-alat elektronik yang di dalam rumah kita
Tanya :Bila Tuhan ada di dalam ciptaan, apakah Dia tidak kotor, karena ada di dalam materi?
Jawab : Mutiara sekalipun diletakkan di tempat sampah atau di dalam lumpur, tetap saja mutiara. Matahari menerangi semua tempat, termasuk tempat kotor, tidak dipengaruhi oleh kekotoran tempat itu. Apalagi Tuhan yang menciptakan dan lebih suci dari matahari itu.
Tanya : Tapi kan monoteisme lebih baik ?
Jawab : Kata siapa? Tuhan monoteisme kan berpihak pada satu kelompok pemeluk agama saja. Tuhan menurut agama Hindu tidak berpihak. Karena Dia ada dimana-mana, ada dalam setiap ciptaannya, tidak mungkin Dia hanya menjadi Tuhan bagi sekelompok orang apalagi memusuhi kelompok lainnya.
Tuhan menurut agama Hindu adalah Tuhan bagi seluruh alam semesta, seluruh manusia yang Dia ciptakan. Kalau Dia hanya menjadi Tuhan untuk satu kelompok orang, mengapa Dia menciptakan seluruh manusia?
Monoteisme bukanlah Tuhan bagi seluruh manusia. Tuhan dalam monoteisme mirip kepala suku. Karena hanya kepala suku yang berpihak kepada sekelompok orang, sukunya dan memiliki musuh. Sementara Tuhan alam semesta pasti tidak memiliki musuh.
Tanya : Bila bukan monoteisme, lalu faham ketuhananmu disebut apa?
Jawab : Paham ketuhan Hindu ini dalam istilah filsafat barat disebut panteisme. Pan artinya semuanya, teis artinya Tuhan. Jadi panteisme artinya Tuhan yang satu itu adalah semuanya. Satu menjadi banyak. Monoteisme dengan Tuhan cemburu yang hanya berpihak pada satu kelompok orang sering menimbulkan konflik dan perang.
Tanya : Lalu Dewa itu apa?
Jawab : Kata Dewa dalam bahasa Sansekerta memiliki banyak arti. Antara lain “yang memberi”. Orang terpelajar terpelajar yang memberi ilmu pengetahuan kepada sesama manusia adalah juga seorang Dewa (Vidvanso hi devah). Matahari, bulan dan bintang-bintang di langit adalah para Dewa, karena mereka memberi cahaya kepada semua ciptaan. Ayah dan ibu dan pembimbing spiritual juga para Dewa. Bahkan seorang tamu juga adalah seorang Dewa. Tuhan adalah Dewa karena dia memberi seluruh dunia. Kata Dewa juga berasal dari bahasa Sansekerta “Div” yang artinya cahaya atau sinar. Maka Dewa juga berarti Sinar atau Cahaya Tuhan.Kalau diandaikan matahari adalah Tuhan sinarNya yang tak terhitung jumlahnya itu adlah para Dewa. Jadi para Dewa itu adlah nama nama Tuhan di dalam manifestasi atau fungsinya yang terbatas. Misalnya Brahma nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta. Wisnu adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pemelihara. Dan Siwa adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pemrelina/pelebur
Tanya : Siwa itu dewa perusak ya?
Jawab : Bukan perusak tetapi pemrelina. Semua yang ada di dunia ini tunduk pada hukum alam yang dalam agama Hindu disebut “Rta” yaitu hukum tumbuh, tambah,musnah. Atau lahir, tumbuh, berkembang, menjadi tua lalu mati, Manusia tumbuhan dan binatang mengalami hal itu. Jika isi alam ini semuanya lahir berkembang dan tidak pernah mati, pasti alam ini segera penuh. Dan karena itu tidak ada ciptaan baru. Nah proses kematian itulah disebut prelina. Contoh yang lain, perhiasan lama yang dibuat dari emas dilebur oleh seorang tukang emas dan setelah dilebur, emas itu dibentuk perhiasan baru.Proses peleburan itu disebut prelina, itulah fungsi Siva.
Catatan :*Nirukta mengatakan : “Devo danad va dipanad va dyotanad va dyusthano va vhavati”. (S.Radhakrisnhan : Indian Philosophy vol 1, hal 72-73) Jauh sebelum agama Kristen dan Islam didirikan, Hindu dengan tegas menyatakan , Tuhan itu hanya satu, tiada yang kedua, tetapi para maharsi , orang-orang bijaksana memberinya banyak nama seperti mahawakya yang telah disebutkan di atas “Ekam Sat Wiprah Bahuda Vadanti”, Tetapi SATU dalam perngertian Hindu berbeda dengan SAtu dalam pengertian Kristen maupun Islam. Dalam Kristen konsep Tuhan dikenal dengan Trinitas atau Tuhan dalam tiga tiga pribadi yaitu Roh Kudus, Allah Bapa dan Allah Anak(Yesus Kristus).Yesus pada awalnya adalah seorang pembaru agama Yahudi, tetapi di dalam konsili atau rapat besar di Nicea 20 Mei 325, Yesus oleh para bapa gereja dijadikan salah satu seorang dari tida pribadi Tuhan itu.Dalam kasus Islam. Al-Lah yang semula adalah Tuhan bulan atau hujan , satu dari 360 Tuhan orang Arab, melalui suatu perjuangan panjang Muhammad dan para pengikutnya, selama 23 tahun, 13 tahun dengan cara damai di Mekkah dan 10 tahun dengan kekerasan di Medinah, menjadi satu-satu Tuhan, tidak saja bagi orang Arab tetapi bagi seluruh umat Islam.Selama ini ada pendapat umum bahwa monoteisme adalah paham ketuhanan yang paling tinggi dan paling baik. Tetapi ini tidak benar. Para filsuf seperti antara lain, Arthur Schopenhauer, David Hume, sejarawan peradaban Arnoid Toynbee, teolog Karen Amstrong menyatakan bahwa panteisme jauh lebih baik dari monoteisme. Monoteisme dengan (para) Tuhan yang cemburu mengajarkan kebencian dan kekerasan dan telah menimbulkan konflik paling berdarah sepanjang sejarah bahkan sampai dewasa ini. Ingat perang antara penganut Katolik dan Protestan di Eropa selama 30 tahun, bahkan sampai sekarang masih berlangsung di Irlandia. Perang antara Islam dengan Kristen yang disebut perang salib atau perang sabil. Konflik Ambon dan Poso adalah contoh contoh dari perang agama monoteisme dengan Tuhan pencemburu. Tetapi panteisme, karena Tuhan ada di dalam segala ciptaan, tidak mungkin memihak, sebaliknya mengajarkan penghargaan terhadap kemajemukan dan alam.
Mereka tanpa ragu ragu merekomendasikan, bila manusia di masa mendatang ingin hidup damai di muka bumi ini, maka harus kembali ke panteisme.
Gilbert Murray, ahli sejarah agama menyatakan, bila Tuhan itu personal ia akan menjadi banyak tingkah dan kejam. Lebih jauh mengenai hal ini dapat dibaca dalam buku “Tuhan Upanisad, Menyelamatkan Masa Depan Manusia”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar