Sebagai wujud kesetiaan terhadap suami yang buta, Gandhari memilih kegelapan dengan menutupi mata dengan selembar kain. Itu adalah meditasi. Gandhari, tanpa sadar telah memupuk kekuatan dahsyat dari tapa bratanya ini. Sekarang demi kasih sayangnya terhadap Duryudana, Gandhari datang ke perkemahan medan Kurusetra, untuk menganugerahi anaknya baju besi. Tidak akan ada senjata apapun yang bisa melukai tubuh Duryudana. Tapi dengan syarat, Duryudana harus telanjang bulat di hadapan Gandhari, ibu kandungnya sendiri, karena saat itu Gandhari akan melepas kain penutup matanya, saat itu kekuatan dahsyat dari berkah meditasinya bertahun-tahun akan memancar. Kekuatan ini dilepas hanya bisa sekali, jadi Duryudana tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Sakuni yang licik mengajak Kresna bermain dadu, berusaha mengganggu
konsentrasi Kresna agar dia tidak ikut campur saat penganugerahan
kekuatan Gandhari. Tapi Sakuni lupa, atau memang tidak tahu, Kresna
adalah titisan Dewa Wisnu. Sifat-sifat Dewa sebagai percikan Yang Maha
Kuasa, Kresna bisa berada di mana-mana. Saat Duryudana telanjang bulat
bergegas menghadap Gandhari, Kresna tiba-tiba memergoki Duryudana dan
menyindir: "Seorang anak yang telanjang bulat di hadapan ibu kandungnya
sendiri, adalah kejahatan maha besar. Itu sama dengan membunuh ibunya
sendiri."
Dasar, Duryudana memang bodoh, dia terperdaya dan menutupi auratnya dengan daun pisang.
Akhirnya, Duryudana tetap punya kelemahan. Walaupun dalam pertarungan gada tidak boleh menyerang bagian tubuh bawah, tapi dalam perang ini aturan-aturan sudah dilanggar juga oleh pihak Kaurawa.
Kejahatan memang selalu punya titik lemah.
Dasar, Duryudana memang bodoh, dia terperdaya dan menutupi auratnya dengan daun pisang.
Akhirnya, Duryudana tetap punya kelemahan. Walaupun dalam pertarungan gada tidak boleh menyerang bagian tubuh bawah, tapi dalam perang ini aturan-aturan sudah dilanggar juga oleh pihak Kaurawa.
Kejahatan memang selalu punya titik lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar