Rabu, 13 Agustus 2014

TAK PERNAH MERDU

TAK PERNAH MERDU
Akhirnya sempal tanjung yang kaupijak digerus jilatan ombak.
Jilatan ombak membawamu, tak lebih dari semacam kayu yang mengambang.
Berdiam meniada akal seakan jalan pulang yang sudah kauhapal.
Laut, rumah gelombang yang tak kuasa menjinakkan rasa marah.
Lipatan gemuruh dimana serunya menantang tawaran kematian.
Dan tahukah, kau sebenarnya tak pernah pamit pergi.
Pantai dan ombak itu kadang
seperti gadis manis yang berciuman dengan kekasih.
Menjadi panas karena hasrat.
Dan aku menjumputi jalan cinta yang terbengkalai.
Berusaha percaya kita pernah punya.
Katamu aku orang yang selalu pulang kemalaman.
Kalimat usangmu seperti film bisu dengan imbuhan kata tuntunan.
Dalam kehampaan mencari pengertian yang olehku tetap tak terbaca.
Kau mengambang bahkan tak menoleh.
Genap sudah kidung semeonmu, biarkan aku berpulang.
Melawan sunyi aku mengaismu dalam pukat doa.
Tak pernah merdu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar