Kamis, 28 Agustus 2014

Moral

"MORAL"
Sekalipun tidak agamis, pada umumnya warga Belanda memiliki sifat jujur, terbuka/transparan, tidak suka korupsi, bertanggung jawab, solidaritas tinggi, sosial, rela membantu orang yang lemah (yang tua, sakit, cacat, renta, miskin atau tertindas). Banyak perhatian ditujukan untuk membantu anak-anak dan kaum perempuan. Orang Belanda terkenal pelit, sehingga timbul ungkapan ‘going Dutch’, yaitu mengajak makan bersama tetapi membayar sendiri-sendiri. Tetapi mereka merupakan pembayar pajak yang patuh dan bersedia mengeluarkan sumbangan bagi orangorang yang lemah/menderita atau terkena musibah di mana saja. Contoh: setelah tsunami 2004 masyarakat Belanda secara spontan mengumpulkan uang 80 juta euro untuk disumbangkan ke korban tsunami di Indonesia. Cukup banyak dokter dan perawat Belanda bergabung dalam organisasi Dokter Lintas-Batas (Artsen Zonder Grensen) ke negara-negara yang dilanda perang atau wabah penyakit dan kelaparan (famine), padahal gajinya tidak besar.
Sifat sosial dan rasa peduli terhadap yang lemah mendorong banyak warga Belanda untuk bekerja sebagai relawan di bidang kesehatan dan perawatan, terutama membantu lansia dan keluarga dengan anak atau pasangan yang cacat. Saat ini ada 3 juta penduduk (17% dari total penduduk Belanda) berusia 65 tahun ke atas, hampir 2000 di antaranya berusia di atas 100 tahun. Dengan bantuan relawan, para lansia dan penyandang cacat dapat hidup nyaman, ke luar rumah dan tidak terisolasi dari masyarakat.
Sebanyak 6 juta orang Belanda (termasuk para pensiunan) menjadi relawan untuk kesejahteraan masyarakat. Relawan sosial terdiri dari 60% perempuan dan 40% laki-laki. Bantuan mereka bukan diberikan sekali-sekali saja melainkan selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Para relawan menyumbangkan tenaganya 2-18 jam per minggu. Jika dinilai dengan uang, sumbangan para relawan itu bernilai 7,7 miliar euro di tahun 2003.
Contoh situasi di Belanda menunjukkan bahwa penghayatan agama bukanlah faktor yang paling utama bagi terciptanya keadilan masyarakat, kesejahteraan, rasa aman dan kenyamanan hidup sampai tua. Yang paling penting adalah niat baik dan rasa peduli para penyelenggara negara untuk bersungguh-sungguh (committed) berupaya membela dan mensejahterakan rakyat, terutama golongan yang lemah. Sikap moral yang baik harus diajarkan di rumah, sekolah dan di lingkungan masyarakat. Ajaran dogmatis atau ancaman hukuman tanpa kesamaan kata dan perbuatan, akan menghasilkan apatisme bahkan penolakan/pemberontakan dari generasi muda, sedangkan perilaku yang buruk justru akan ditiru. Melalui keteladanan karakter dan perilaku yang baik dari orangtua dan tokoh masayarakatlah anak muda dapat membentuk bangsa yang bermoral baik dan bertanggung jawab. http://icrp-online.org/2014/07/16/demokrasi-agama-dan-moral/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar