"MORAL"
Sekalipun tidak agamis, pada umumnya warga Belanda memiliki
sifat jujur, terbuka/transparan, tidak suka korupsi, bertanggung jawab,
solidaritas tinggi, sosial, rela membantu orang yang lemah (yang tua,
sakit, cacat, renta, miskin atau tertindas). Banyak perhatian ditujukan
untuk membantu anak-anak dan kaum perempuan. Orang Belanda terkenal
pelit, sehingga timbul ungkapan ‘going Dutch’, yaitu mengajak makan
bersama tetapi membayar sendiri-sendiri. Tetapi mereka merupakan
pembayar pajak yang patuh dan bersedia mengeluarkan sumbangan bagi
orangorang yang lemah/menderita atau terkena musibah di mana saja.
Contoh: setelah tsunami 2004 masyarakat Belanda secara spontan
mengumpulkan uang 80 juta euro untuk disumbangkan ke korban tsunami di
Indonesia. Cukup banyak dokter dan perawat Belanda bergabung dalam
organisasi Dokter Lintas-Batas (Artsen Zonder Grensen) ke negara-negara
yang dilanda perang atau wabah penyakit dan kelaparan (famine), padahal
gajinya tidak besar.
Sifat sosial dan rasa peduli terhadap yang
lemah mendorong banyak warga Belanda untuk bekerja sebagai relawan di
bidang kesehatan dan perawatan, terutama membantu lansia dan keluarga
dengan anak atau pasangan yang cacat. Saat ini ada 3 juta penduduk (17%
dari total penduduk Belanda) berusia 65 tahun ke atas, hampir 2000 di
antaranya berusia di atas 100 tahun. Dengan bantuan relawan, para lansia
dan penyandang cacat dapat hidup nyaman, ke luar rumah dan tidak
terisolasi dari masyarakat.
Sebanyak 6 juta orang Belanda (termasuk
para pensiunan) menjadi relawan untuk kesejahteraan masyarakat. Relawan
sosial terdiri dari 60% perempuan dan 40% laki-laki. Bantuan mereka
bukan diberikan sekali-sekali saja melainkan selama beberapa bulan
sampai bertahun-tahun. Para relawan menyumbangkan tenaganya 2-18 jam per
minggu. Jika dinilai dengan uang, sumbangan para relawan itu bernilai
7,7 miliar euro di tahun 2003.
Contoh situasi di Belanda menunjukkan
bahwa penghayatan agama bukanlah faktor yang paling utama bagi
terciptanya keadilan masyarakat, kesejahteraan, rasa aman dan kenyamanan
hidup sampai tua. Yang paling penting adalah niat baik dan rasa peduli
para penyelenggara negara untuk bersungguh-sungguh (committed) berupaya
membela dan mensejahterakan rakyat, terutama golongan yang lemah. Sikap
moral yang baik harus diajarkan di rumah, sekolah dan di lingkungan
masyarakat. Ajaran dogmatis atau ancaman hukuman tanpa kesamaan kata dan
perbuatan, akan menghasilkan apatisme bahkan penolakan/pemberontakan
dari generasi muda, sedangkan perilaku yang buruk justru akan ditiru.
Melalui keteladanan karakter dan perilaku yang baik dari orangtua dan
tokoh masayarakatlah anak muda dapat membentuk bangsa yang bermoral baik
dan bertanggung jawab. http://icrp-online.org/2014/07/16/demokrasi-agama-dan-moral/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar