Senin, 11 Agustus 2014

Katak melablab

Ngadep carik ngae gelebeg/jineng” (menjual sawah untuk dipakai membuat gudang tempat menyimpan padi)“.

Cara patapan rook, pamuputne lakar telah”, (seperti rokok, pada akhirnya akan habis menjadi abu).

ngatik bangbung” yaitu penampilan luarnya memang hebat, tetapi di dalamnya kosong melompong

Cara kuluk medem di arepan bungut jalikane, sayan gudig bulunne” (seperti anjing yang suka tidur di depan tungku dapur mencari kehangatan, akhirnya habislah bulunya terbakar sehingga dijuluki “cicing gudig” yang menjijikkan).

“Cara sendok komoh sing nawang rasan komoh” (seperti sendok, walaupun menyelam di dalam kuah sejenis gulai tradisi bali, tetapi tidak merasakan enaknya kuah). Ini menyindir penduduk lokal yang tinggal di wilayah pusat-pusat perekonomian, tetapi mereka tidak bisa menikmati rejeki yang berlimpah.

Cara I Godogan bengong di samping bungan tunjunge, tusing nawang di bungan tunjunge ada madu. Nyawane uli joh teka maruyuan ngisep madune ane ada di bungan tunjunge”. (seperti kodong yang bengong ngelamun di samping bunga teratai, dia tidak mengetahui di situ ada madu. Tetapi lebah yang jauh datang berduyun-duyun mengisap madu tersebut). Semboyan ini menyindir penduduk asli (lokal) yang kalah bersaing merebut rejeki melawan kaum pendatang. Seperti pulau Bali, diserbu oleh para pendatang yang menguasai pusat-pusat perekonomian strategis yang bertebaran di Bali. Sedangkan penduduk asli Bali tenang-tenang saja seperti katak yang tidak tahu madu.


Konon di Inggris ada juga semboyan yang mirip dengan katak bodoh di Bali, tetapi disana disebut “katak rebus”. Ceritanya katak itu jika dicemplungkan kedalam panci yang berisi air panas, maka dia spontan meloncat keluar. Tetapi jika dicemplungkan kedalam panci yang berisi air dingin maka dia diam. Kalau air panci itu dipanaskan secara perlahan, kodok itu tetap diam sampai akhirnya dia mati direbus.
http://ngarayana.web.ugm.ac.id/2014/04/bali-menuju-tragedi-katak-rebus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar