LAYANG2 YANG MEMBUAT HATI MELAYANG
Di bulan2 pertengahan tahun, angin selalu kencang. Jadi sangat co2k main layangan. Beda dengan dulu, sekarang ini layang2 yang naik jadi ajang pameran. Ya bentuknya, besarnya, warna warninya, bunyinya dsb.
Jaman dulu di desaku, setiap layang2 yang mengudara berarti siap diadu, kecuali layangan yang pake ekor, pantang diserang.
Adu layangan di udara menjadi tontonan yang mengasyikkan. Seni menyerang, seperti menukik lalu melengkung naik ke atas. Ato menerjang dari samping. Ato menusuk dari bawah. Pertempuran terjadi ketika benang layang2 betemu saling gesek. Ini membutuhkan keterampilan tersendiri untuk membuat benang ato tali layangan lawan putus.
Ketika satu layang2 putus, para penonton yang kebanyakan anak2, lalu
berlari mengejar kemanapun ia dibawa angin. Gak peduli lewat pematang
sawah, meloncati parit ato menyebrang sungai. Beberapa diantaranya
membawa tongkat kayu ato ranting tanaman untuk menggaet benang layangan
yang putus. Saat layang2 putus mau mendarat, saat itulah mulai saling
rebut.
Diantara mereka aku juga selalu ikut berebut. Berdebar2, cemas, harap2, rasa gembira bercampur baur. Tapi berapa kalipun ada ajang rebutan, aku gak pernah berhasil. Soalnya tubuhku kecil dan kurus. Dari segi tenaga atau tingginya loncatan aku kalah jauh.
Rasa kepingin yang besar untuk sukses membawa pulang layang2 putus sampai2 kebawa mimpi. Disetiap tidurku aku selalu menang dan berhasil membawa pulang layang2. Tapi bangun pagi aku kecewa. Karena Cuma mimpi.
Sampai suatu sore aku yang kelas dua SD, pulang sekolah. Di jalan udah sepi. Ketika aku gak sengaja mendongak ke atas eeh… aku liat ada layang2 putus. Gak tinggi2 amat. Ga ada orang selain aku. Aku lari mengejar. Meskipun Cuma sendiri, ga ada lawan, rasa berdebar2, cemas, penuh harap tetap ada. Dalam sekali lompatan…hap…benang kutangkap. Wow….layangan dah jadi milikku bahagianya bukan main.
Tapi tiba2, entah darimana datangnya terdengar gaduh suara teriakan anak2 mengejar aku. Sekarang aku benar2 ketakutan. Takut layang2 yang kudapat direbut anak2 lain yang rata2 tubuhnya besar dan tangkas. Aku berlari kencang. Sangat kencang. Untunglah beberapa meter dari gerbang rumah, anjing2ku berhamburan keluar, lalu mengonggong para pengejar sampai2 mereka balik lari tunggang langgang……
Aku berhasil. Aku gak mimpi. Aku sangat gembira. Anjing2kupun ikut gembira…..
(hanya sebuah layang2……….tapi mampu membuat bahagia,.. hati jadi melayang…..)
Diantara mereka aku juga selalu ikut berebut. Berdebar2, cemas, harap2, rasa gembira bercampur baur. Tapi berapa kalipun ada ajang rebutan, aku gak pernah berhasil. Soalnya tubuhku kecil dan kurus. Dari segi tenaga atau tingginya loncatan aku kalah jauh.
Rasa kepingin yang besar untuk sukses membawa pulang layang2 putus sampai2 kebawa mimpi. Disetiap tidurku aku selalu menang dan berhasil membawa pulang layang2. Tapi bangun pagi aku kecewa. Karena Cuma mimpi.
Sampai suatu sore aku yang kelas dua SD, pulang sekolah. Di jalan udah sepi. Ketika aku gak sengaja mendongak ke atas eeh… aku liat ada layang2 putus. Gak tinggi2 amat. Ga ada orang selain aku. Aku lari mengejar. Meskipun Cuma sendiri, ga ada lawan, rasa berdebar2, cemas, penuh harap tetap ada. Dalam sekali lompatan…hap…benang kutangkap. Wow….layangan dah jadi milikku bahagianya bukan main.
Tapi tiba2, entah darimana datangnya terdengar gaduh suara teriakan anak2 mengejar aku. Sekarang aku benar2 ketakutan. Takut layang2 yang kudapat direbut anak2 lain yang rata2 tubuhnya besar dan tangkas. Aku berlari kencang. Sangat kencang. Untunglah beberapa meter dari gerbang rumah, anjing2ku berhamburan keluar, lalu mengonggong para pengejar sampai2 mereka balik lari tunggang langgang……
Aku berhasil. Aku gak mimpi. Aku sangat gembira. Anjing2kupun ikut gembira…..
(hanya sebuah layang2……….tapi mampu membuat bahagia,.. hati jadi melayang…..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar